Kip Positif. Bi Positif.
Uang hilang, di perjalanan pulang. Entah dicopet. Entah jatuh.
Lalu harus apa? Harus panik? Nangis? Marah-marah sama yang nyopet? Menyesali keteledoran? Berpikir keras di mana jatuhnya mungkin? Kembali menelusuri jalan-jalan yang dilalui?
Apakah di saat seperti itu tidak tertarik belajar tentang doa? Belajar tentang keyakinan? Belajar tentang tauhid? Belajar tentang keesaan Allah? Bahwa bukan duit yang bisa membuat kita pulang. Melainkan Allah. Kita ini pemakan rizki. Bukan pemberi rizki. Pemberi rizki, adalah Allah. Tetap Allah. Hanya Allah. Harusnya tidak soal ada duit atau tidak ada duit. Yang jadi soal itu kalau tidak ada Allah.
Tetap positif. Dan jadilah yang positif.
Belajar untuk menarik nafas sebentar, kuasai diri. Katakan, “Makasih ya Allah. Akhirnya saya bisa belajar untuk tidak merasa kehilangan. Bukan dari saya koq uangnya. Dari Engkau. Saya tidak akan pernah merasa kehilangan, jika tidak merasa memiliki. Kakiku punya-Mu. Langkahku, punya-Mu. Pergi dan pulang, adalah Izin, Kuasa, dan Kehendak-Mu. Bukan karena uang saya bisa pergi dan pulang. Tapi semua karena Engkau.”
Mending menepi sebentar. Kalau ada waktu, cari mushalla. Cari masjid. Sempatkan shalat sunnah taubat, dan berdoa. Jika di pagi hari, bisa tambahin shalat dhuha. Atau minimal berdoa. Sampaikan dengan ketawadhuan, bahwa jika ada kesalahan sepanjang pagi, siang, atau sore, yang dengannya Allah menegur, sampaikan kita minta maaf kepada Allah. Dan berdoalah. “Yaa Allah, Engkau tahu tujuanku. Engkau tahu kesulitanku. Engkau yang paham saya musti gimana… Bimbinglah saya ya Allah. Berikanlah saya petunjuk.”
Setelah itu? Ya jalan aja pulang.
Jalan? Ngaco. Jauh.
Yah, buat apa pasrah? Buat apa doa? Yakin dong.
Ya tapi jauh?
Belom jalan udah bilang jauh.
Jalan aja dulu.
Bangun aja dulu.
Melangkah aja dulu.
Keajaiban akan terjadi.
Banyak koq cerita.
Ada yang mengisahkan kepada saya. Hilang uang di terminal. Beliau lalu coba shalat di masjid yang tenang. Masjid yang jauh dari keramaian. Ada di perkampungan di deket terminal tersebut. Bukan masjidnya terminal. Dia shalat di sana. Dan berdoa di sana.
Selepas berdoa, bergegas keluar. Ga tau mau apa. Pokoknya ya keluar aja. Kalau harus jalan pulang, ya pulang saja. Begitu mau keluar, ada rombongan jenazah masuk. Rupanya, ada jenazah yang mau dishalatkan. Dia ikut shalat jenazah bersama orang-orang kampung. Selepas shalat, subhaanallaah, keluarga jenazah ada yang memberinya uang. 100rb! “Sedekah dari kami, keluarga mayit, supaya pahalanya buat mayit,” begitu kata si pemberi.
So?
Think.